A.10. REALISASI SYAHADATAIN

A.10. Realisasi Syahadatain

Kesaksian akan tauhidullah yang dinyatakan seorang mukmin menentukan Allah sebagai tujuan dan orientasi hidupnya; Islam sebagai jalan hidupnya; dan Rasul saw. Sebagai teladan dalam menapakai kehidupan. Gaya hidup yang demikian akan melahirkan hati yang bersih dan akal yang cerdas. Hati yang bersih ditandai dengan mengharap rahmat Allah; takut akan hukuman-Nya; cinta kepada-Nya. Ketiganya merupakan wujud dari aqidah yang sehat yang mempengaruhi ketulusan niatnya. Di samping mempengaruhi hati, syahadat juga mewarnai kecerdasan akalnya yang digunakan untuktadabur Al-Qur’an, tafakur alam, dan dzikrul maut. Itulah pemikiran islami yang menghasilkan konsep yang benar. Niat tulus dan konsep yang benar inilah yang harus selalu menyertai setiap langkah orang beriman dalam melakukan haraka, jihad, dakwah, dan tarbiyah.

1. Hati yang sehat

Hati yang sehat adalah hati yang bebas dari segala penyakit seperti ujub, riya’, takabur, hasad, dan sejenisnya. Hati yang bersih hanya akan diraih apabila orientasi hidup sesseorang benar yaitu orientasi hidup yang ditujukan kepada Allah swt. Hal ini ditandai dengan:

a. Selalu mengharap rahmat Allah (raja’)

Konsepsi ini mendorongnya untuk hanya melakukan yang positif dan tidak mengharap balasan kecuali dari Allah. Rahmat Allah lebih luas baginya dibanding dunia dan seisinya sehingga ia tidak mengusahakan kekayaan dunia dengan mengesampingkan rahmat-Nya.

b. Takut hukuman Allah (khauf)

Hal ini mendorongnya untuk selalu menghindari hal-hal negatif yang mengundang kemurkaan-Nya, termasuk perkara-perkara syubhat sekalipun. Derita di dunia betapa pun beratnya, tidak seberapa bila dibanding dengan siksa akhirat.

c. Ketika harapan dan takutnya berpadu pada Allah, pada saat itulah cintanya kepada Allah menjadi subur. Inilah aqidah yang benar yang mempengaruhi keikhlasan niatnya.

2. Akal yang cerdas

Akal yang cerdas dalam pandangan Islam adalah akal yang dapat menjalankan fungsinya untuk:

a. Mentadabburi ayat-ayat qauliyah yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat ini harus dipahami secara baik sebagaimana ditunjukkan oleh sunnah Rasulullah saw.

b. Mentafakkuri ayat-ayat kauniyah yang tersebar di alam semesta. Pemahaman terhadap ayat-ayat kauniyah akan membantu memahami ayat-ayat qauliyah. Sebaliknya, ayat-ayat qauliyah mendorong untuk mentafakuri ayat-ayat kauniyah. Sehingga, pemahaman akan semakin mantap, hujjah semakin jelas, hati semakin yakin, dan aqidah semakin kokoh.

c. Dzikrul maut. Tadabur Al-Qur’an dan tafakur alam akan memberikan kesadaran bahwa hidup di dunia ini tidak abadi. Kesadaran bahwa hidup ini akan berakhir dengan kematian dan setelah kematian ada kehidupan baru yang abadi, semakin mengkristal dalam amaliyah harian.

Perpaduan yang serasi antara ketiga hal tersebut akan menghasilkan pemikiran Islami dan konsep yang benar.

Seluruh aktivitas hidup mukmin termasuk harakah, jihad, dakwah, dan tarbiyah harus disertai dengan niat yang tulus ikhlas lillahi ta’ala dan konsep yang benar. Niat ikhlas saja tidak cukup kalau konsepnya tidak benar, konsep saja betapapun bagusnya juga tidak cukup kalau tidak didasari dengan niat yang ikhlas.

3 tanggapan untuk “A.10. REALISASI SYAHADATAIN”

Tinggalkan komentar