E.1. Definisi Manusia

E.1. Definisi Manusia

Dari tiga pokok bahasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa Islam merupakan sistem yang sangat menjanjikan kebahagiaan. Kenyataannya tidak semua manusia menerima Islam dengan baik, bahkan ada yang antipati dan memusuhi. Padahal Islamlah yang menentukan nasibnya, konon sebagai khalifah Allah di muka bumi, manusia diberi kelebihan yang makhluk lain tidak diberi.

Dilihat dari asal penciptaannya, manusia tersusun dari unsur bumi dan unsur langit. Unsur bumi karena manusia diciptakan dari tanah. Unsur langit karena setelah proses penciptaan fisiknya sempurna, Allah meniupkan ruh kepadanya. Dari dua unsur itu, berdasar fungsinya manusia disimbolkan dengan tiga unsur utama yaitu hati, akal dan jasad.

1. Hati

Rasulullah mengatakan bahwa di dalam jasad ada segumpal daging. Bila daging itu baik, baiklah seluruh jasad. Namun bila daging itu rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Meskipun hepar [hati secara fisik] sangat menentukan kesehatan tubuh, namun dilihat dari konteks pembahasan ayat-ayat maupun hadist nabawi yang berbicara tentang qalb [hati] yang dimaksud bukan hati fisis. Ia abstrak, termasuk unsur rohani, yang merasa haru, bahagia, suka, duka, pedih dan emosi lainnya. Hati yang berbolak-balik di antara berbagai perasaan itu. Karena tidak berada di satu keadaan itulah kemudian ia dinamakan qalb. Berdasarkan terminologi bahasa, qalb berasal dari qalaba yang berarti berbolak-balik. Dalam konteks kekhalifahan, di dalam hatilah tersimpan potensi besar untuk berniat dan bertekad.

2. Akal

Imam al-Ghazali memasukkan akal sebagai bagian dari hati, sehingga beliau memasukkan tafakkur [kerja akal] dalam bab dzikr [yang merupakan kerja hati]. Allah berfirman bahwa pemahaman merupakan pekerjaan hati.

“Mereka mempunyai hati, namun tidak dipergunakan untuk memahami [ayat-ayat Allah].” (al-A’raaf: 179)

Akal juga bukan otak karena otak bahasa Arabnya dimagh, yang ini bersifat fisik. Dengan demikian akal pun bersifat abstrak. Akal termasuk karunia Allah yang terbesar bagi manusia karena dengan akal inilah kemudian ia menjadi makhluk yang paling istimewa. Dengan akal itu manusia dapat memahami berbagai hal yang Allah ajarkan kepadanya. Dalam konteks kekhalifahan, akal memberi manfaat besar kepada manusia dalam bidang ilmu pengetahuan hingga ia dapat melakukan pengembangan dan inovasi.

Terlepas dari perdebatan tentang hakekat hati dan akal, yang jelas kita dapat merasakan keberadaannya. Lebih penting lagi, adalah bagaimana memanfaatkan keduanya secara baik. Dengan hati manusia bercita-cita, beobsesi, dan bertekad; dengan akal ia memperoleh ilmu yang ia gunakan untuk merencanakan strategi demi mencapai tujuan.

3. Jasad

Jasad sangat mudah dikenali karena ia dapat kita lihat dan kita raba. Karena itu tidak ada perbedaan tentang hakekat jasad ini. Yang terpenting bagi manusia adalah menggunakannya sebagai pelaksana sebagai apa yang telah ditekadkan oleh hati dan direncanakan oleh akal. Tanpa jasad, tekad dan pengetahuan hanya akan menjadi impian dan teori yang kosong.

Hati, akal dan jasad adalah anugerah Allah yang harus digunakan untuk menjalankan amanah yang langit, bumi, dan gunung tak sanggup mengembannya. Amanah itu tidak lain adalah ibadah dan khilafah. Yang menjadi perhatian kita adalah bagaimana manusia menunaikan amanah itu.

5 tanggapan untuk “E.1. Definisi Manusia”

  1. Boleh chat WA dengan saya ?
    Ini adalah pembahasan yg menarik, lebih menarik lagu jika sy meminta penjelasannya, yg selebihnya blm sy ketahui, untuk bertanya²…

    Suka

Tinggalkan komentar